Rabu, 29 Februari 2012

Motivasi Belajar : Meluaskan Hati

Ada seorang tua yang bijak. Suatu pagi ia kedatangan anak muda. Langkahnya gontai. Air mukanya ruwet. Ia seperti sedang dirundung masalah. Anak muda itu menumpahkan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak mendengarkan dengan seksama. Setelah tamunya tuntas bercerita, tiba-tiba orang tua itu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburikannya garam itu kedalam gelas. Diaduknya perlahan.

"Minum dan katakan bagaimana rasanya!" kata Pak Tua itu singkat.
"Puih...!" Sang tamu meludah ke samping. "Asin sekali. Tenggorokanku seperti tercekik," kata si pemuda itu lagi.


Pak tua itu tersenyum. Lalu Ia mengajak tamunya ke tepoian telaga di dalam hutan tak jauh dari tempoat tinggalnya. Pak Tua itu menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu diaduknya telaga.

"Ambil air dari telaga ini dan minumlah!" Setelah si pemuda selesai meneguk air itu Pak Tua bertanya "Bagaiaman Rasanya?"
"Segar," jawab pemuda itu.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?"
"Tidak"

Pak Tua itu tersenyum bijak. Ia tepuk punggung pemuda dengan lembut. Dibimbingnya anak muda itu duduk bersimpuh di sisi telaga.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layak segenggam garam. Tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya sama, dan memang akan tetap sama," tutur Pak Tua.

"Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan terasakan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu"

Pak Tua itu menatap si pemuda lembut. "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Setelah itu keduanya beranjak pulang. Hari ini mereka sama-sama belajar. Pak Tua bijak itu kembali menyimpan "segenggam garam" untuk anak muda lain yang mungkin datang membawa keresahan jiwa.

Irfan ToniHerlambang


3 komentar:

  1. Mas Lufi Herawan, kta mutiara'a bgus, insprsi'a dr spa,? blh donk Rul thu,!

    BalasHapus
  2. kta mtiara yg sdrhna pi pnya mkna yg tggi

    BalasHapus
  3. Btw hati kk udh lapang bin luas ga kaya pemuda d'crita ini???

    BalasHapus